Jumaat, 28 November 2008

Syair Jalaluddin Al Rumi...

Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?"

Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."

Ia berkata, "Kenapa kau ke mari?"

Aku berkata, "Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti."

Ia berkata, "Berapa lama kau bisa bertahan?"

Aku berkata, "Sampai ada panggilan."

Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.

Ia berkata, "Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan."

Aku berkata, "Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku."

Ia berkata, "Saksi tidak sah, matamu juling."

Aku berkata, "Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa."


Demikian syair indah dialog di antara Hamba dengan Tuhannya...


Aku mati sebagai mineral dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.
Sekali lagi,aku masih harus mati sebagai manusia,dan lahir di alam para malaikat.

Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,tidak ada sesuatu yang kekal abadi.
Setelah kelahiranku sebagai malaikat,aku masih akan menjelma lagi dalam bentuk yang tak kufahami.

Ah, biarkan diriku lenyap,memasuki kekosongan, kasunyataan.
Karena hanya dalam kasunyataan itu terdengar nyanyian mulia;
"Kepada Nya, kita semua akan kembali"

Tiada ulasan:

Catat Ulasan